Rabu, 11 Mei 2005

Sunat-sunat Sholat (2)

Oleh: Ahmad Bahiej

     Duduk dengan cara duduk iftirasy untuk semua duduk dalam sholat, kecuali pada duduk tahiyat akhir yang dilakukan dengan cara duduk tawaruk. Duduk iftirasy adalah duduk dengan berlandaskan telapak kaki kiri, sedangkan kaki kanan terletak di samping. Sedangkan duduk tawaruk adalah duduk dengan menyilangkan kaki kiri ke pergelangan kaki kanan.
10. Membaca doa duduk di antara dua sujud. Doa duduk di antara dua sujud adalah sebagai berikut.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي (رواه الترمذى)
      Sesungguhnya Nabi berdoa dalam (duduk) antara dua sujud: Allahummaghfirlī warhamnī wajburnī wahdinī warzuqnī (HR Turmudzi)
11. Duduk istirahat, yaitu duduk sebentar antara sujud dan berdiri (setelah sujud kedua menuju berdiri) pada rakaat pertama dan ketiga.
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَإِذَا كَانَ فِي وِتْرٍ مِنْ صَلاَتِهِ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِدًا (رواه البخارى)
      Nabi SAW ketika shalat dan selesai dari rakaat ganjil (rakaat pertama dan ketiga) shalatnya, maka beliau tidak berdiri hingga beliau duduk (terlebih dahulu) (HR Bukhari)
12. Membaca shalawat Nabi dengan sesempurna-sempurnanya setelah membaca tasyahud akhir.
كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ قَالَ سَأَل رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الصَّلاَةُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكُمْ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (رواه البخارى)
      Ka'ab bin Ujrah berkata,"Saya bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulullah bagaimana membaca sholawat atas Engkau, ahlul bait, sesungguhnya Allah mengajari kami. (Dan) bagaimana kami membaca salam atas Engkau?. Nabi menjawab: Bacalah …" (HR Bukhari).
13. Membaca doa setelah tasyahud akhir
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي الصَّلاَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ (رواه البخارى)
      Sesungguhnya Rasulullah SAW berdoa di dalam sholatnya Allahumma inniī a'ūdzubika … (HR Bukhari)
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ (رواه مسلم)
      Jika salah seorang kalian membaca tasyahud, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Nabi kemudian bersabda allahumma inniī a'ūdzubika min 'adzābijahannama … (HR Muslim)

      Atau dengan membaca doa sebagai berikut.
َاللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْـنَةِ الْمَحْيَا وَ الْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ. يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
      Ya Allah, aku memohon perlindungan-Mu dari siksa neraka Jahanam, siksa qubur, fitnah (dalam masa) kehidupanku dan kematianku, dan fitnah Dajjal. Ya Dzat yang menggoncang-goncangkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu.
14. Salam kedua seraya menengok ke kanan dan ke kiri.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ (رواه الترمذى)
      Sesungguhnya Nabi SAW salam ke kanan dan ke kiri (sambil membaca) Assalaāmu'alaikum warahmatullāh, assalāmu'alaikum warahmatullāh (HR Turmudzi)
15. Membaca takbir setiap kali pindah gerakan, kecuali ketika bangun dari ruku' yang membaca sami'allāhu liman hamidah.
مُطَرِّفٌ قَالَ صَلَّيْتُ أَنَا وَعِمْرَانُ صَلاَةً خَلْفَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَكَانَ إِذَا سَجَدَ كَبَّرَ وَإِذَا رَفَعَ كَبَّرَ وَإِذَا نَهَضَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ فَلَمَّا سَلَّمَ أَخَذَ عِمْرَانُ بِيَدِي فَقَالَ لَقَدْ صَلَّى بِنَا هَذَا صَلَاةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ لَقَدْ ذَكَّرَنِي هَذَا صَلاَةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه البخارى)
      Mutharrif berkata, saya dan Imron sholat bersama di belakang Ali bin Abi Thalib r.a. Ketika sujud, beliau takbir, ketika bangun dari sujud beliau takbir, ketika bangun dari dua rakaat beliau takbir. Setelah salam, Imran memegang tanganku sambil berkata, sesungguhnya shalat Nabi seperti shalat ini, atau Imran berkata: sesungguhnya shalat (bersama Ali) ini mengingatkanku akan shalat bersama Nabi. (HR Bukhari)
16. Bersiwak atau sikat gigi setiap kali akan melakukan shalat.
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ (رواه البخارى)
      Jika tidak memberatkan umatku atau atas manusia, sungguh aku perintahkan kepada mereka bersiwak setiap kali shalat (HR Bukhari)
17. Melakukan isyarat dengan jari telunjuk ketika duduk tasyahud awal dan akhir.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ (رواه مسلم)
      Rasulullah ketika duduk membaca doa (tasyahud) dan meletakkan tangan kanannya di atas lutut kanannya, dan meletakkan tangan kiri di atas lutut kiri, serta memberi isyarat dengan jari telunjuknya, dan meletakkan jempolnya pada jari tengahnya. Sedangkan telapak tangan kiri menutup lutut kirinya (HR Muslim)
      Dalam kitab Shahih Muslim bi syarh an-Nawawi (kitab penjelasan dari kitab shahih Muslim) disebutkan bahwa waktu melakukan isyarat ini adalah ketika membaca tasyahud, tepatnya ketika sampai pada lafadh الا الله  . Isyarat ini hanya mempergunakan jari telunjuk tangan kanan. Jika jari telunjuk tangan kanan terpotong atau cacat maka tidak dapat digantikan dengan jari yang lain. Pada saat isyarat, pandangan tetap diarahkan ke kiblat dan niat isyarat dengan jari telunjuk ini adalah untuk tauhid (mengesakan Allah) dan ikhlas.
     

      Di samping adanya sunat-sunat di atas, ada pula etika atau adab/sopan santun ketika seorang muslim melaksanakan sholat (dalam beberapa keterangan, hal ini juga termasuk dalam sunat-sunat shalat), seperti:
a.   Memakai pakaian yang bersih dan pantas.
b.   Shalat dilakukan dengan semangat/trengginas, atau tidak klemat-klemet.
c.   Mengusahakan dengan sekuat tenaga agar sholatnya khusu'. Untuk sampai tahap khsusu' ini diperlukan latihan yang serius. Sebagai langkah awal adalah mengusahakan agar kita faham apa yang kita baca dalam sholat.
d.   Berdzikir setelah sholat.
      Adapun bacaan-bacaan dzikir yang diajarkan oleh Nabi, tersebut dalam hadis-hadis berikut.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَاالإكْرَامِ (رواه مسلم)
      Rasulullah SAW ketika selesai dari sholatnya (membaca) istighfar  3 kali, dan membaca: Allahumma antassalām, waminkassalām, tabārakta yādzaljalāli wal ikrām. (HR Muslim)
الْمُغِيرَةُ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُهُ يَقُولُ عِنْدَ انْصِرَافِهِ مِنْ الصَّلاَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ (رواه البخارى)
      Al-Mughirah berkata: saya mendengar (Nabi) ketika Nabi selesai shalatnya: Lā ilāha illallāh wahdahū lā syarīkalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syai'in qadīr 3X (HR Bukhari)
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثلاَثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ (رواه مسلم)
      Barangsiapa mensucikan Allah di akhir setiap shalat 33 X, memuji Allah 33 X, mengagungkan Allah 33 X, sehingga berjumlah 99. Nabi bersabda lagi, disempurnakan 100 x dengan (tambahan) lā ilāha illallāh wahdahū lā syarīkalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syai'in qadīr, maka dosa-dosanya diampuni walaupun sebanyak buih-buih di lautan (HR Muslim).

      Dengan tujuan tarbiyah (pendidikan) agar umat selalu berdzikir setelah selesai sholat, para ulama kemudian menyusun amalan dzikir setelah sholat tersebut dengan tersusun secara sistematis dan dibaca dengan keras (jahr). Amalan dzikir tersebut kemudian disebut dengan wiridan. Amalan ini dilakukan dengan dasar hadis berikut:
أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ (رواه البخارى ومسلم وأبو داود)
      Sahabat Ibnu Abbas memberikan kabar bahwa sesungguhnya mengeraskan suara ketika dzikir setelah manusia selesai sholat maktubah (wajib) adalah (dilakukan) sejak zaman Nabi SAW. Ibnu Abbas juga berkata: Saya tahu dan mendengar ketika mereka selesai sholatnya (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)