Oleh: Ahmad Bahiej
Duduk dengan cara duduk iftirasy
untuk semua duduk dalam sholat, kecuali pada duduk tahiyat akhir yang dilakukan
dengan cara duduk tawaruk. Duduk iftirasy adalah duduk dengan berlandaskan
telapak kaki kiri, sedangkan kaki kanan terletak di samping. Sedangkan duduk tawaruk
adalah duduk dengan menyilangkan kaki kiri ke pergelangan kaki kanan.
10. Membaca
doa duduk di antara dua sujud. Doa duduk di antara dua sujud adalah sebagai
berikut.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ
السَّجْدَتَيْنِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي
وَارْزُقْنِي (رواه الترمذى)
Sesungguhnya
Nabi berdoa dalam (duduk) antara dua sujud: Allahummaghfirlī warhamnī wajburnī
wahdinī warzuqnī (HR
Turmudzi)
11. Duduk
istirahat, yaitu duduk sebentar antara sujud dan berdiri (setelah sujud kedua
menuju berdiri) pada rakaat pertama dan ketiga.
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَإِذَا كَانَ فِي
وِتْرٍ مِنْ صَلاَتِهِ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِدًا (رواه البخارى)
Nabi
SAW ketika shalat dan selesai dari rakaat ganjil (rakaat pertama dan ketiga)
shalatnya, maka beliau tidak berdiri hingga beliau duduk (terlebih dahulu) (HR Bukhari)
12. Membaca
shalawat Nabi dengan sesempurna-sempurnanya setelah membaca tasyahud akhir.
كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ قَالَ سَأَل رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الصَّلاَةُ عَلَيْكُمْ
أَهْلَ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكُمْ
قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (رواه البخارى)
Ka'ab
bin Ujrah berkata,"Saya bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulullah
bagaimana membaca sholawat atas Engkau, ahlul bait, sesungguhnya Allah
mengajari kami. (Dan) bagaimana kami membaca salam atas Engkau?. Nabi menjawab:
Bacalah …" (HR Bukhari).
13. Membaca doa
setelah tasyahud akhir
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو
فِي الصَّلاَةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ (رواه البخارى)
Sesungguhnya Rasulullah SAW berdoa di
dalam sholatnya Allahumma inniī a'ūdzubika … (HR Bukhari)
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ
يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا
وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ (رواه مسلم)
Jika salah seorang kalian membaca
tasyahud, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Nabi
kemudian bersabda allahumma inniī a'ūdzubika min 'adzābijahannama … (HR Muslim)
Atau dengan
membaca doa sebagai berikut.
َاللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْـنَةِ الْمَحْيَا وَ الْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ. يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
Ya
Allah, aku memohon perlindungan-Mu dari siksa neraka Jahanam, siksa qubur,
fitnah (dalam masa) kehidupanku dan kematianku, dan fitnah Dajjal. Ya Dzat yang
menggoncang-goncangkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu.
14. Salam kedua seraya
menengok ke kanan dan ke kiri.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يُسَلِّمُ
عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ (رواه الترمذى)
Sesungguhnya
Nabi SAW salam ke kanan dan ke kiri (sambil membaca) Assalaāmu'alaikum
warahmatullāh, assalāmu'alaikum warahmatullāh (HR Turmudzi)
15. Membaca
takbir setiap kali pindah gerakan, kecuali ketika bangun dari ruku' yang
membaca sami'allāhu liman hamidah.
مُطَرِّفٌ قَالَ صَلَّيْتُ أَنَا وَعِمْرَانُ صَلاَةً خَلْفَ عَلِيِّ بْنِ
أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَكَانَ إِذَا سَجَدَ كَبَّرَ وَإِذَا رَفَعَ
كَبَّرَ وَإِذَا نَهَضَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ فَلَمَّا سَلَّمَ أَخَذَ
عِمْرَانُ بِيَدِي فَقَالَ لَقَدْ صَلَّى بِنَا هَذَا صَلَاةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ لَقَدْ ذَكَّرَنِي هَذَا صَلاَةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (رواه البخارى)
Mutharrif
berkata, saya dan Imron sholat bersama di belakang Ali bin Abi Thalib r.a.
Ketika sujud, beliau takbir, ketika bangun dari sujud beliau takbir, ketika
bangun dari dua rakaat beliau takbir. Setelah salam, Imran memegang tanganku
sambil berkata, sesungguhnya shalat Nabi seperti shalat ini, atau Imran
berkata: sesungguhnya shalat (bersama Ali) ini mengingatkanku akan shalat bersama
Nabi. (HR Bukhari)
16. Bersiwak
atau sikat gigi setiap kali akan melakukan shalat.
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لأَمَرْتُهُمْ
بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ (رواه البخارى)
Jika
tidak memberatkan umatku atau atas manusia, sungguh aku perintahkan kepada
mereka bersiwak setiap kali shalat (HR Bukhari)
17. Melakukan
isyarat dengan jari telunjuk ketika duduk tasyahud awal dan akhir.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَعَدَ
يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى
عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ
إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى
رُكْبَتَهُ (رواه مسلم)
Rasulullah ketika duduk membaca doa (tasyahud) dan
meletakkan tangan kanannya di atas lutut kanannya, dan meletakkan tangan kiri
di atas lutut kiri, serta memberi isyarat dengan jari telunjuknya, dan
meletakkan jempolnya pada jari tengahnya. Sedangkan telapak tangan kiri menutup
lutut kirinya (HR
Muslim)
Dalam kitab Shahih Muslim bi
syarh an-Nawawi (kitab penjelasan dari kitab shahih Muslim) disebutkan
bahwa waktu melakukan isyarat ini adalah ketika membaca tasyahud, tepatnya
ketika sampai pada lafadh الا الله . Isyarat
ini hanya mempergunakan jari telunjuk tangan kanan. Jika jari telunjuk tangan
kanan terpotong atau cacat maka tidak dapat digantikan dengan jari yang lain. Pada
saat isyarat, pandangan tetap diarahkan ke kiblat dan niat isyarat dengan jari
telunjuk ini adalah untuk tauhid (mengesakan Allah) dan ikhlas.
Di
samping adanya sunat-sunat di atas, ada pula etika atau adab/sopan santun ketika
seorang muslim melaksanakan sholat (dalam beberapa keterangan, hal ini juga
termasuk dalam sunat-sunat shalat), seperti:
a. Memakai pakaian yang bersih dan pantas.
b. Shalat dilakukan dengan semangat/trengginas,
atau tidak klemat-klemet.
c. Mengusahakan dengan sekuat tenaga agar
sholatnya khusu'. Untuk sampai tahap khsusu' ini diperlukan latihan yang serius.
Sebagai langkah awal adalah mengusahakan agar kita faham apa yang kita baca
dalam sholat.
d. Berdzikir setelah sholat.
Adapun bacaan-bacaan dzikir yang diajarkan
oleh Nabi, tersebut dalam hadis-hadis berikut.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ
مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ
وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَاالإكْرَامِ (رواه مسلم)
Rasulullah SAW ketika selesai dari
sholatnya (membaca) istighfar 3 kali, dan
membaca: Allahumma antassalām, waminkassalām, tabārakta yādzaljalāli wal ikrām.
(HR Muslim)
الْمُغِيرَةُ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُهُ يَقُولُ عِنْدَ انْصِرَافِهِ مِنْ
الصَّلاَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ (رواه
البخارى)
Al-Mughirah berkata: saya mendengar (Nabi)
ketika Nabi selesai shalatnya: Lā ilāha illallāh wahdahū lā syarīkalah lahul
mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syai'in qadīr 3X (HR Bukhari)
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثلاَثِينَ
وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ
فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
(رواه مسلم)
Barangsiapa mensucikan Allah di akhir
setiap shalat 33 X, memuji Allah 33 X, mengagungkan Allah 33 X, sehingga
berjumlah 99. Nabi bersabda lagi, disempurnakan 100 x dengan (tambahan) lā
ilāha illallāh wahdahū lā syarīkalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala
kulli syai'in qadīr, maka dosa-dosanya diampuni walaupun sebanyak buih-buih di
lautan (HR Muslim).
Dengan tujuan tarbiyah
(pendidikan) agar umat selalu berdzikir setelah selesai sholat, para ulama
kemudian menyusun amalan dzikir setelah sholat tersebut dengan tersusun secara
sistematis dan dibaca dengan keras (jahr). Amalan dzikir tersebut
kemudian disebut dengan wiridan. Amalan ini dilakukan dengan dasar hadis
berikut:
أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَخْبَرَهُ أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ
يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا
انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ (رواه البخارى ومسلم وأبو داود)
Sahabat Ibnu
Abbas memberikan kabar bahwa sesungguhnya mengeraskan suara ketika dzikir
setelah manusia selesai sholat maktubah (wajib) adalah (dilakukan) sejak zaman
Nabi SAW. Ibnu Abbas juga berkata: Saya tahu dan mendengar ketika mereka
selesai sholatnya (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)