Rabu, 15 Februari 2006

Sholat Sunnat Wudlu, Tahiyyatul Masjid, dan Tasbih


Oleh: Ahmad Bahiej

Sholat Sunnat Wudlu
1.   Sholat sunnat wudlu dihukumi sunnat. Adanya sholat sunnat wudlu ini didasarkan pada hadis Nabi:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يَسْهُو فِيهِمَا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه أبو داود)
   Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa berwudlu dan membaguskan wudlunya, kemudian selalu sholat (sunnat) 2 rokaat, maka dia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR Abu Dawud)
2.  Waktu pelaksanaan sholat sunat wudlu adalah segera setelah selesai wudlu. Dengan demikian, maka pelaksanaannya tidak berlangsung lama setelah selesai wudlu (kira-kira belum kering bekas air wudlunya).
3.   Sholat sunnat wudlu adalah 2 rokaat. Gerakan dan bacaan sholatnya sama seperti sholat yang lain. Perbedaan hanya pada niatnya.
4.  Berdasarkan lafadz hadis fa ahsana wudluahu di atas, seyogyanya wudlu kita dibuat sebagus mungkin, antara lain:
    a. Selalu meneliti anggota badan yang terkena basuhan wudlu dengan memastikan bahwa anggota tersebut telah benar-benar terkena air wudlu.
     b.   Melakukan semua ketentuan berwudlu sampai ke sunnah-sunnahnya.
   c.   Berdoa setelah wudlu dan melaksanakan sholat sunnat wudlu (apabila masih ada kesempatan untuk melakukannya).

Sholat Sunnat Tahiyatul Masjid
1.  Sholat sunnat tahiyyatul masjid adalah sholat sunnat yang dikerjakan pada saat masuk masjid, baik pada hari Jum’at atau pada hari yang lain, siang atau malam.
2.  Sholat untuk menghormati masjid yang dilakukan sebelum seseorang duduk di dalam masjid ini berjumlah 2 rokaat. Gerakan dan bacaan sholatnya sama seperti sholat yang lain. Perbedaan hanya pada niatnya.
3.   Dasar disunnahkannya sholat sunnat wudlu adalah hadis berikut:
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ (رواه مسلم)
     Jika salah satu dari kalian masuk masjid, maka sholatlah dua rokaat sebelum duduk (HR Muslim)

Sholat Sunnat Tasbih
1.   Dasar kesunahan sholat tasbih adalah hadis Nabi berikut:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهُ أَلاَ أُعْطِيكَ أَلاَ أَمْنَحُكَ أَلاَ أَحْبُوكَ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشْرَ خِصَالٍ إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ ذَنْبَكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ قَدِيمَهُ وَحَدِيثَهُ خَطَأَهُ وَعَمْدَهُ صَغِيرَهُ وَكَبِيرَهُ سِرَّهُ وَعَلاَنِيَتَهُ عَشْرَ خِصَالٍ أَنْ تُصَلِّيَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُورَةً فَإِذَا فَرَغْتَ مِنْ الْقِرَاءَةِ فِي أَوَّلِ رَكْعَةٍ وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ االله وَاالله أَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُولُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنْ الرُّكُوعِ فَتَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَهْوِي سَاجِدًا فَتَقُولُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنْ السُّجُودِ فَتَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُولُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُولُهَا عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُونَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ تَفْعَلُ ذَلِكَ فِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ إِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِي كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي عُمُرِكَ مَرَّةً (رواه أبو داود)
    Sesungguhnya Nabi berkata kepada Abbas bin Abdul Muthollib, “Hai Abbas Pamanku, ingatlah bahwa aku akan memberi dan menghampirimu, ingatlah aku akan melakukan sepuluh perkara denganmu. Jika engkau melakukannya, Allah akan mengampuni dosa-dosamu, baik yang awal, akhir, dahulu, sekarang, lalai, sengaja, besar, kecil, samar, kelihatan. 10 perkara itu adalah engkau sholat 4 rokaat, tiap rokaat membaca al-Fatihah dan salah satu surat. Jika engkau telah selesai membacanya dan masih berdiri engkau ucapkan:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ االله وَاالله أَكْبَرُ
     sebanyak 15 X. Kemudian ruku’lah dan engkau ucapkan 10 X. Engkau berdiri dari ruku’ bacalah 10 X. Engkau sujud bacalah 10 X. Dengan demikian engkau membaca 75X tiap rokaat. Jika mampu, engkau dapat melakukan (sholat sunnat tasbih) sehari semalam 1 kali. Jika tidak, tiap Jum’at sekali. Jika tidak mampu, sebulan sekali. Jika tidak mampu, setahun sekali. Jika tidak mempu setahun sekali, kerjakan dalam hidupmu satu kali selama hidup (HR Abu Dawud)
2.   Dengan hadis panjang di atas, maka dapat disimpulkan:
      a.   Total rokaat sholat sunnat tasbih adalah 4 rokaat.
      b.   Tiap rokaat dibaca tasbih sebanyak 75 kali dengan perincian:
           Berdiri setelah memcaca surat pendek    :  15 kali
           Ruku’                                                    :  10 kali
           Berdiri dari ruku’                                    :  10 kali
           Sujud                                                    :  10 kali
           Duduk di antara dua sujud                      :  10 kali
           Sujud                                                    :  10 kali
           Duduk istirahat sebelum berdiri               :  10 kali
           Jumlah total                                        :   75 rokaat
           Dengan demikian maka jumlah bacaan tasbih seluruh sholat tasbih adalah 75 X 4 rokaat = 300 kali.
      c.   Sholat sunnat tasbih dapat sebagai sarana untuk penghapusan dosa-dosa
      d.   Sholat sunnat tasbih seyogyayanya dikerjakan sesering mungkin menurut kekuatan masing-masing (sehari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali, atau setahun kendali).
3.   Tata cara sholat sunnat tasbih sebegaimana sholat sunnat yang lain.

Kamis, 02 Februari 2006

Sholat Sunnat ‘Idain (Idul Fitri dan Idul Adha)


Oleh: Ahmad Bahiej

1.   Sholat ‘idain dihukumi sunnat. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرَ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِيُّ صَوْتِهِ وَلاَ يُفْقَهُ مَا يَقُولُ حَتَّى دَنَا فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنْ االإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ ... (رواه البخارى)
  Seorang laki-laki penduduk Najd yang rambutnya gembel dan suaranya parau mendatangi Rasulullah SAW. Apa yang diucapkan tidak dapat dipahami kecuali mendekatinya. Dia bertanya tentang Islam kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah SAW menjawab, “(Islam itu) sholat lima kali sehari semalam”. Lelaki itu bertanya lagi, “Selain itu, apakah ada yang wajib bagiku?”. Nabi menjawab, “Tidak ada, kecuali sunat”. (HR Bukhari)
      Kesunnatan dalam sholat ‘idain termasuk sunnat muakkad, yaitu sunnat yang dikuatkan, karena Nabi SAW selalu melakukannya.
2.   Waktu pelaksanaan sholat ‘idain dimulai pada saat munculnya matahari sampai lingsir-nya matahari. Namun, waktu yang sunnat adalah pada saat matahari setinggi tombak.
3.   Rokaat sholat ‘id adalah 2 rokaat sebagaimana sholat-sholat sunnat yang lain.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى يَوْمَ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا... (رواه البخارى)
4.   Sholat ‘id dilakukan secara berjama’ah. Pada rokaat pertama, setelah takbirotul ihrom dan doa iftitah, dilakukan takbir lagi sebanyak 7X takbir dengan mengangkat tangan setiap takbirnya, baru kemudian membaca surat al-Fatihah. Pada rokaat kedua, dilakukan takbir lagi sebanyak 5X takbir dengan mengangkat tangan setiap takbirnya.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى سَبْعًا وَخَمْسًا سِوَى تَكْبِيرَتَيْ الرُّكُوعِ (رواه ابن ماجه)
Sesungguhnya Rasulullah SAW takbir ketika idul fitri dan ‘idul Adha (dalam rokaat pertama) 7X takbir dan (rokaat kedua 5X takbir) selain takbir ruku’. (HR Ibnu Majah)
5.   Disunahkan dalam membaca al-Fatihah dan surat dalam al-Qur’an dengan bacaan keras. Di samping itu, jarak waktu takbir-takbir tambahan tiap rokaat diusahakan secukupnya (tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat). Kira-kira cukup untuk membaca dzikir di dalamnya, yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
6.   Dalam sholat ‘id tidak ada adzan dan iqomat.
سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى بِلاَ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ ثُمَّ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ أَبِي بَكْرٍ فَصَلَّى بِلاَ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ قَالَ ثُمَّ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ عُمَرَ فَصَلَّى بِلاَ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ ثُمَّ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ عُثْمَانَ فَصَلَّى بِلاَ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ (رواه احمد)
   Salim dari bapaknya berkata: Aku menyaksikan (melakukan) sholat id bersama Rasulullah SAW. Beliau sholat tanpa adzan dan iqomat. Aku menyaksikan (melakukan) sholat id bersama Abu Bakar ra. Beliau sholat tanpa adzan dan iqomat. Aku menyaksikan (melakukan) sholat id bersama Umar ra. Beliau sholat tanpa adzan dan iqomat. Aku menyaksikan (melakukan) sholat id bersama Utsman. Beliau sholat tanpa adzan dan iqomat. (HR Ahmad)
7.   Setelah membaca al-Fatihah, disunahkan membaca surat al-A’la dan al-Ghasyiyah.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ وَرُبَّمَا اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَيَقْرَأُ بِهِمَا (رواه الترمذى)
   Nabi SAW dalam sholat ‘id dan sholat Jum’at membaca surat al-A’la dan surat al-Ghasyiyah. Kadang-kadang sholat ‘id dan sholat Jum’at kumpul dalam satu hari, maka Nabi SAW membaca dengan dua surat tersebut. (HR Turmudzi)
8.   Setelah sholat dilaksanakan, disunahkan dilakukan dua khutbah seperti halnya sholat Jum’at. Dalam khutbah, khatib disunahkan memperbanyak bacaan takbir.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي فِي الأَضْحَى وَالْفِطْرِ ثُمَّ يَخْطُبُ بَعْدَ الصَّلاَةِ (رواه البخارى)
9.   Adapun sunat-sunat yang terkait dengan sholat ‘idain adalah:
a.   Makan sebelum sholat idul fitri dan tidak makan sebelum sholat idul adha.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْفِطْرِ لَمْ يَخْرُجْ حَتَّى يَأْكُلَ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ النَّحْرِ لَمْ يَأْكُلْ حَتَّى يَذْبَحَ (رواه احمد)
    Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika hari idul fitri, tidak berangkat sehingga makan. Ketika hari idul adha (beliau) tidak makan sampai beliau menyembelih (kurban). (HR Ahmad)
b.  Mandi sebelum pelaksanaan sholat, memakai pakaian yang bersih dan terbaik, serta memakai wangi-wangian sebagaimana dalam pelaksanaan sholat Jum’at.
c.   Berangkat dan pulang dari sholat ‘id melalui jalan yang lain.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ فِي طَرِيقٍ رَجَعَ فِي غَيْرِهِ (رواه الترمذى)
      Nabi SAW ketika berangkat sholat ‘Id melalui suatu jalan dan kembali melalui jalan yang lain. (HR Turmudzi)
10. Takbir dalam masa ‘idain adalah sunah. Ketika idul fitri, takbir dimulai setelah masuk sholat maghrib malam Idul Fitri dan diakhiri pada waktu sholat Ashar (1 Syawwal). Sedangkan takbir idul adha (10 Dzulhijjah) dimulai setelah masuk waktu maghrib malam idul adha dan diakhiri pada waktu sholat Ashar hari terakhir Tasyriq (Hari Tasyriq= 11,12,13 Dzulhijjah). Adapun lafadz takbir adalah sebagai berikut:
اَلله ُاَكْبَرُ.(2/3X) لاَاِلهَ اِلاَّ الله ُوَ الله ُاَكْبَرُ. اَلله ُاَكْبَرُ وَلله الْحَمْدُ.
اَلله ُأَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَصِيْلاً.
لاَاِلهَ اِلاَّ الله ُوَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
لاَاِلهَ اِلاَّ الله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
لاَاِلهَ اِلاَّ الله ُوَ الله ُاَكْبَرُ. اَلله ُاَكْبَرُ وَلله الْحَمْدُ.