Oleh: Ahmad Bahiej
Beberapa ulama menggolongkan sunat-sunat solat menjadi dua bagian, yaitu sunat ab’adh dan sunat haiat. Sunat ab’adh adalah sunat-sunat dalam solat yang jika tidak dikerjakan maka disunatkan untuk sujud sahwi yang dilakukan sebelum salam. Sedangkan sunat haiat adalah sunat-sunat dalam solat yang jika tidak dikerjakan tidak ada kesunahan untuk melakukan sujud sahwi. Yang termasuk sunat ab’adh sholat menurut Mazhab Syafi’iyyah adalah (1) membaca tasyahud awal, (2) duduk tasyahud awal, (3) membaca sholawat pada saat duduk tasyahud awal, (4) membaca sholawat kepada keluarga Nabi pada saat tasyahud akhir, (5) membaca qunut pada waktu rakaat kedua setelah i'tidal sholat shubuh, dan (6) membaca sholawat kepada Nabi di waktu qunut.
Qunut sebagai bagian dari sunnat ab’adh
didasarkan atas beberapa hadis al-Hakim, al-Baihaqi, dan Ad-Dar al-Quthni
dengan sanad yang sahih bahwa Nabi melakukan qunut nazilah untuk
mendoakan orang Islam dalam waktu sebulan, namun tetap melakukan qunut pada waktu
sholat shubuh sampai beliau meninggal dunia. Sahabat Umar bin Khatab juga
melakukan qunut ini. Pendapat inilah yang dijadikan pegangan bagi penganut
mazhab Syafi’iyyah. Namun menurut Imam Malik, qunut bukan termasuk sunnat.
Adapun sunat-sunat haiat dalam solat
antara lain:
1. Mengangkat
kedua telapak tangan setinggi pundak pada waktu (a) takbiratul ikram, (b) akan
ruku’, (c) bangun dari ruku’, dan (d) pada saat berdiri dari duduk tahiyat
awal.
إِذَا
افْتَتَحَ الصَّلَاةَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا
رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ (رواه الشيخان و النسائى)
Nabi
ketika memulai sholat dengan mengangkat kedua tangannya setinggi pundak, ketika
akan ruku’, dan ketika bangun dari ruku’ (HR Bukhari, Muslim, dan Nasa’i)
Dalam
hadis Turmudzi ditambahkan dengan lafadz wa idzā qāma minarrak’ataini rafa’a
yadaihi (dan ketika berdiri dari dua rakaat Nabi mengangkat kedua
tangannya). Artinya setelah dua rakaat (berarti setelah duduk tahiyat pertama),
Nabi mengangkat kedua tangan.
2. Meletakkan
tangan kanan di atas tangan kiri lebih tinggi dari pusar.
…وَضَعَ
يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى... (رواه مسلم)
…
Nabi meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri … (HR Muslim)
3. Membaca
doa iftitah (pembukaan) setelah takbiratul ikram.
Doa
iftitah ini bermacam-macam, yang semuanya pernah dikerjakan oleh Nabi.
a. Riwayat dari Abu Hurairah r.a.:
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ
الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ
وَالْبَرَدِ
b. Riwayat dari Ali bin Abi Thalib r.a.
وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ
الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا
عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي
جَمِيعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ وَاهْدِنِي لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ
لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ
عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي
يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ
وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
c. Riwayat dari Abdullah bin Umar r.a.:
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
4. Membaca ta’awudz dengan lirih sebelum membaca
al-Fatihah pada setiap rakaat.
فَإِذَا
قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Setiap
kamu membaca al-Qur’an, maka mintalah perlindungan Allah dari syetan yang
terkutuk (Surat
an-Nahl ayat 98)
5. Membaca
amin baik bagi imam, makmum, maupun sholat munfarid (sendirian).
إِذَا
أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه الشيخان)
Jika
imam membaca amin, maka bacalah juga amin, karena sesungguhnya barangsiapa bacaan
aminnya bersamaan dengan bacaan aminnya malaikat, maka diampunilah dosa-dosa
yang terdahulu (HR Bukhari dan Muslim)
6. Membaca
bagian dari al-Qur’an setelah selesai membaca surat al-Fatihah.
كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ
الْأُولَيَيْنِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ
يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسْمِعُ الْآيَةَ
أَحْيَانًا وَكَانَ يَقْرَأُ فِي الْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ
وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى
مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ (رواه البخارى)
Nabi
SAW membaca pada dua rakaat pertama dari sholat dhuhur dengan al-Fatihah dan surat (al-Qur’an) dengan surat yang lebih panjang pada rakaat pertama,
dan kadang-kadang membaca ayat-ayat (al-Qur’an). Pada waktu shalat Ashar beliau
membaca surat al-Fatihah dan surat (al-Qur’an) yang lebih panjang dari
pada rakaat keduanya. Nabi SAW (juga) membaca surat yang lebih panjang pada rakaat pertama
pada sholat Shubuh. (HR Bukhari).
Dalam
beberapa hadis dan keterangan para ulama salaf (masa lalu) maupun khalaf (masa
kini), disunahkan membaca al-Fatihah dan surat
pendek dengan keras pada rakaat pertama dan kedua sholat maghrib, sholat isya,
dan shalat shubuh.
7. Membaca
doa pada waktu ruku’ dan sujud, serta i'tidal (bangun dari ruku’).
Berdasarkan
hadis-hadis yang ada, do’a ruku’ yang diajarkan Nabi bermacam-macam, dengan perawi
yang berbeda pula, yaitu:
a. Riwayat ‘Aisyah bin Abu Bakar r.a. (istri
Nabi SAW)
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
b. Riwayat dari Ali bin Abi Thalib r.a. (sepupu
dan sahabat Nabi SAW)
اللَّهُمَّ
لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي
وَمُخِّي وَعِظَامِي وَعَصَبِي
c. Riwayat
dari Hudzaifah r. a. (sahabat Nabi SAW)
سُبْحَانَ
رَبِّيَ الْعَظِيمِ
Sedangkan
do’a i'tidal seperti yang diriiwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib adalah sebagai berikut.
اللَّهُمَّ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ وَمِلْءَ مَا
بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Di
dalam keterangan hadis, doa sujud juga bermacam-macam, yaitu
a. Aisyah r.a.:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
b. Abdullah Ibnu Mas'ud r.a.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
c. Ali bin Abi Thalib k.w.:
اللَّهُمَّ
لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِي
خَلَقَهُ فَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ
8. Mendahulukan lutut dari pada tangan ketika
sujud.
اِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ
(رواه ابو داود و الترمذى و النسائى)
Ketika
Nabi sujud, beliau meletakkan kedua lututnya sebelum tangannya (HR Abu Dawud,
Turmudzi dan Nasa’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar